[cerita inspiratif ] kaca dan hati manusia
Assalamualaikum,, haii semua, ini dikesempatan ini saya akan menulis sebuah cerita dan yang mungkin menjadi langkah awal kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. mari kita simak bersama.
suatu pagi dimeja makan seorang istri sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya, sang istri memandang keluar jendela rumahnya dan mendapati tetangganya sedang menjemur pakaian yang telah dicuci, tetapi sang istri melihat tetangganya mencuci tidak dengan benar karena pakaian yang dicucinya masih terlihat kotor dan ia berkata kepada suaminya,
Istri : " ayah,lihatlah tetangga kita sedang mencuci dilluar, namun nampaknya dia tidak tau caranya mencuci yang benar atau dia tidak mempunyai deterjen yang bagus agar cuciannya bersih, kasian sekali tetangga kita tidak punya mesin cuci seperti kita agar cuciannya bersih "
tetapi dihari pertama,suaminya tidak berkomentar apapun tentang ucapan sang istri.
Dihari kedua, ditempat yang sama saat sang istri sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya, dia kembali menoleh kejendela dan kembali mendapati tetangganya sedang menjemur pakaian tetapi cucian masih tampak kotor, sang istripun kembali berkata kepada suaminya,
Istri : " yah , Ayah, coba liat tetangga kita nampaknya tetangga kita masih belum tau cara mencuci yang benar atau mungkin dia belum mempunyai detergen agar cuciannya bersih "
lagi lagi sang suami tidak berkomentar apapun tentang ucapan istrinya tersebut.
Dihari ketiga, saat sang istri sedang menyiapkan sarapan dan kembali ia menoleh kejendela, dan alangkah kagetnya sang isti saat mendapati tetangganya sedang menjemur pakaian, karena kali ini cuciannya begitu bersih berbeda dari hari - hari sebelumnya,dia terheran - heran, lalu sang istri kembali berkata kepada suaminya,
Istri : " Ayah, liatlah tetangga kita hari ini cuciannya nampak bersih, jangan - jangan ayah yah yang membelikan detergen untung tetangga kita atau ayah yang memberi tau cara mencuci yang benar,jangan - jangan ayah membelikan mesin cuci untuk tetangga kita ? "
sang suami akhirnya menjawab,
Ayah : " Ibu, ayah tidak membelikan detergen kepada tetangga kita, ayah juga tidak mengajari mencuci yang benar apalagi membelikan mesin cuci untuknya, yang ayah lakukan selepas subuh tadi hanyalah mengelap kaca jendela kita yang kotor bu, selama ini bukan tetangga kita yang tidak bisa mencuci dengan benar ataupun tidak mampu membeli detergen, tetapi kaca jendela kita lah yang selama ini kotor "
sang istripun terdiam dan menyesali akan tuduhan kepadanya tersebut.
Kesimpulan :
dari cerita diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa, sebelum berkomentar terhadap orang lain sebaiknya kita instrospeksi diri dulu kita evaluasi diri dulu, bukan berarti orang yang kita jelek - jelekan itu lebih buruk dari pada kita bisa jadi sebaliknya,, ini lah yang menyebabkan matinya hati kita, seperti kaca jendela yang kotor tadi, hati kita pun demikian saat jendela kotor bukan dari kotoran langsung membuatnya kotor, tetapi dari partikel debu - debu yang kecil lama kelamaan menutupi dan mengotori seluruh permukaan kaca jendela, begitu pula hati kita hati kita mati bukan karena langsung perbuatan - perbuatan yang berdosa besar, tetap dari kebohongan - kebohongan kecil, sikap iri, dengki, buruk sangka merehkan orang lain, sombong yang akhirnya dari perbuatan - perbuatan itu membuat hati kita mati rasa, atau bahkan sampai membuat kita jadi pribadi yang angkuh keras kepala dan bahkan mengabaikan perintah dan larangan dari tuhan kita. jadi, pesan penulis dari kisah ini marilah kita bersama - sama memperbaiki diri sedikit demi sedikit sehingga kita menjadi pribadi yang baik dan menyenangkan.
walikumsalam, ,
suatu pagi dimeja makan seorang istri sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya, sang istri memandang keluar jendela rumahnya dan mendapati tetangganya sedang menjemur pakaian yang telah dicuci, tetapi sang istri melihat tetangganya mencuci tidak dengan benar karena pakaian yang dicucinya masih terlihat kotor dan ia berkata kepada suaminya,
Istri : " ayah,lihatlah tetangga kita sedang mencuci dilluar, namun nampaknya dia tidak tau caranya mencuci yang benar atau dia tidak mempunyai deterjen yang bagus agar cuciannya bersih, kasian sekali tetangga kita tidak punya mesin cuci seperti kita agar cuciannya bersih "
tetapi dihari pertama,suaminya tidak berkomentar apapun tentang ucapan sang istri.
Dihari kedua, ditempat yang sama saat sang istri sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya, dia kembali menoleh kejendela dan kembali mendapati tetangganya sedang menjemur pakaian tetapi cucian masih tampak kotor, sang istripun kembali berkata kepada suaminya,
Istri : " yah , Ayah, coba liat tetangga kita nampaknya tetangga kita masih belum tau cara mencuci yang benar atau mungkin dia belum mempunyai detergen agar cuciannya bersih "
lagi lagi sang suami tidak berkomentar apapun tentang ucapan istrinya tersebut.
Dihari ketiga, saat sang istri sedang menyiapkan sarapan dan kembali ia menoleh kejendela, dan alangkah kagetnya sang isti saat mendapati tetangganya sedang menjemur pakaian, karena kali ini cuciannya begitu bersih berbeda dari hari - hari sebelumnya,dia terheran - heran, lalu sang istri kembali berkata kepada suaminya,
Istri : " Ayah, liatlah tetangga kita hari ini cuciannya nampak bersih, jangan - jangan ayah yah yang membelikan detergen untung tetangga kita atau ayah yang memberi tau cara mencuci yang benar,jangan - jangan ayah membelikan mesin cuci untuk tetangga kita ? "
sang suami akhirnya menjawab,
Ayah : " Ibu, ayah tidak membelikan detergen kepada tetangga kita, ayah juga tidak mengajari mencuci yang benar apalagi membelikan mesin cuci untuknya, yang ayah lakukan selepas subuh tadi hanyalah mengelap kaca jendela kita yang kotor bu, selama ini bukan tetangga kita yang tidak bisa mencuci dengan benar ataupun tidak mampu membeli detergen, tetapi kaca jendela kita lah yang selama ini kotor "
sang istripun terdiam dan menyesali akan tuduhan kepadanya tersebut.
Kesimpulan :
dari cerita diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa, sebelum berkomentar terhadap orang lain sebaiknya kita instrospeksi diri dulu kita evaluasi diri dulu, bukan berarti orang yang kita jelek - jelekan itu lebih buruk dari pada kita bisa jadi sebaliknya,, ini lah yang menyebabkan matinya hati kita, seperti kaca jendela yang kotor tadi, hati kita pun demikian saat jendela kotor bukan dari kotoran langsung membuatnya kotor, tetapi dari partikel debu - debu yang kecil lama kelamaan menutupi dan mengotori seluruh permukaan kaca jendela, begitu pula hati kita hati kita mati bukan karena langsung perbuatan - perbuatan yang berdosa besar, tetap dari kebohongan - kebohongan kecil, sikap iri, dengki, buruk sangka merehkan orang lain, sombong yang akhirnya dari perbuatan - perbuatan itu membuat hati kita mati rasa, atau bahkan sampai membuat kita jadi pribadi yang angkuh keras kepala dan bahkan mengabaikan perintah dan larangan dari tuhan kita. jadi, pesan penulis dari kisah ini marilah kita bersama - sama memperbaiki diri sedikit demi sedikit sehingga kita menjadi pribadi yang baik dan menyenangkan.
walikumsalam, ,
profil penulis
hallo salam kenal semua,nama saya joko dwi anjasmoro , lahir dibrebes 24 januari 1997, sekarang saya sudah kuliah jurusan teknik sipil, saya membuat blog ini untuk berbagi informasi atau pun kisah - kisah yang insyaallah bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya sendiri tentunya, , trmakasih
